Sabtu, 26 Agustus 2017


Sejarah ada tidak hanya untuk dikenang, sejarah ada untuk membuka kembali pemikiran. Sejarah merupakan guru bagi kehidupan saat ini dan nanti. Bukankah hidup terdiri dari rentetan peristiwa yang telah dan akan menjadi sejarah? Kamu suka sejarah? Atau bahkan anak sejarah banget? Artinya kota yang satu ini harus masuk dalam list destinasi kamu deh. 

Malaysia nggak cuma punya Kuala Lumpur loh, tapi juga terdiri dari banyak negara bagian yang menarik untuk dikunjungi. Nggak cuma wisata belanja yang menggoda iman, Malaysia juga kaya akan wisata sejarah. Terbukti bahwa Melaka yang merupakan negara bagian Malaysia ini dinobatkan sebagai Kota Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 2008.

Negeri Melaka atau yang juga dikenal sebagai Melaka Bandaraya Bersejarah ini wajib banget dieksplore saat berkunjung ke Malaysia. Kawasan bersejarah yang pada abad ke-15 ini sempat menjadi salah satu pelabuhan perdagangan terbesar di Asia Tenggara. Hampir kesemua bangunan di Melaka masih merupakan bangunan asli dengan gaya bangunan era Portugis tanpa tersentuh pembaruan. 

Semenjak dinobatkan UNESCO menjadi Kota Warisan Dunia, Melaka berhasil menarik minat para turis lokal hingga mancanegara. Menikmati suasana tenang di antara bangunan-bangunan bersejarah serta melihat keindahan arsitekturnya yang cantik dengan aneka kuliner yang wajib dicicipi.

Sebenarnya Melaka punya bandara Internasionalnya sendiri, tetapi kemarin saya menggunakan flight ke Kuala Lumpur dan melanjutkan dengan perjalanan darat. Untuk tiba di Melaka melalui jalur darat membutuhkan waktu sekitar dua jam dari Kuala Lumpur menggunakan bus. Dari Bandara Internasional Kuala Lumpur menuju Melaka Sentral menggunakan bus Star Mart Express seharga RM 24.30 dengan jadwal yang sangat teratur dan cukup nyaman untuk perjalanan darat.

Busnya nyaman. Saking nyamannya


Lelah
Selama di Melaka kami memanfaatkan transportasi uber untuk akomodasi selama di sana. Bermalam di The Sterling Hotel yang letaknya cukup strategis membuat kaki terpaksa lebih rajin untuk berjalan menuju dan kembali dari spot wisata sejarah. Dua hari semalam rasanya kurang untuk mengeksplore kota bersejarah yang sebenarnya tidak cukup luas ini.

Mulanya kami menuju spot foto dengan tulisan Melaka Heritaage World yang terletak tepat di depan Gereja St. Francis Xavier. Letaknya yang hanya beberapa ratus meter dari hotel, memaksa kaki kami untuk lebih aktif berjalan. Baru tempat pertama saja sudah banyak spot foto yang keren. Seusai dari tempat ini, kami berjalan lurus menuju Red Square.

Melaka World Heritage City


Church of St. Francis Xavier

Kawasan yang lebih dikenal dengan Red Square ini merupakan tempat yang seolah menjadi titik pusat berkumpulnya para turis. Dikelilingi oleh bangunan berwarna merah, di kawasan ini memiliki beragam tempat dan bangunaan bersejarah.

Red Square berlokasi di hadapan Melaka River yang juga digunakan sebagai titik starting point untuk mengelilingi Melaka via sungai. Melaka River cukup cantik dan rapi dengan bangunan-bangunan di tepiannya. Sebenarnya Melaka River ini juga wajib banget dicoba saat berkunjung ke Melaka. Atau kamu bisa berjalan menyusuri sisi Melaka River ini. Its romantic.

Melaka River

Ada beberapa museum yang tutup saat itu. Kami hanya masuk dan mengelilingi History and Ethnography Museum. Di dalam sini ada beberapa lokasi yang juga ditutup. Di Museum ini kita bisa mempelajari sejarah Melaka dari tahun 1400-1957. Di sini kita bisa melihat langsung budaya dan gaya hidup berbagai masyarakat di Melaka.



Laksamana Cheng Ho
Terdapat pula patung Laksamana Cheng Honyang berdiri dengan gagahnya. Laksamana Cheng Ho merupakan Seorang kasim muslim yang juga dihormati dan dikagumi oleh banyak kaum non muslim. Penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini. Merupakan pemimpin yang arif dan bijaksana, sebab mengingat armada yang begitu banyak, beliau dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah mana pun tempat para armadanya merapat.

Setelah puas berkeliling dan pastinya berfoto di titik pusat ini, kami berjalan menaiki bukit St. Paul. Di tempat ini terdapat puing Gereja St. Paul dengan patung St. Francis Xavier di hadapannya. Gereja yang terletak di Bandar Hilir, Melaka ini mulanya dikelola oleh Kapten Portugis yang kemudian ditukar oleh pihak Belanda. Di bawah bukit minilah terletak A’Famosa.

St. Paul's Church

View dari atas bukit St. Paul


A’Famousa merupakan benteng Portugis yang dibangun pada tahun 1511 dan sempat diambil alih oleh Belanda dan Inggris. Menurut orang Melaka, nama A’Famousa diambil dari bentuk mulut gerbang bangunan yang menyerupai huruf A. Bangunan ini menjadi sisa sejarah arsitektur Eropa paling tua di Asia. Pemerintah setempat tetap menjadikan bangunan ini orisinil tanpa pembaruan, renovasi, ataupun penghancuran. Katanya, beenteng ini sering dijadikan lokasi wajib foto prewedding loh dengan harapan hubungannya bisa seawet benteng ini.

Malamnya, setelah makan dan istirahat sejenak di hotel, kami menuju Masjid Selat Melaka. Masjid terapung yang terletak di selat terpanjang di dunia ini cantiknya bakalan bikin kamu berdecak kagum banget deh. Waktu yang tepat untuk mengunjungi masjid ini sebenarnya saat sore hari menuju sunset sebelum gelap. Sebab di waktu tersebut akan semakin terlihat kecantikannya. Sayangnya, kami kemalaman saat menuju ke masjid ini.

Masjid Selat Melaka

Seusai dari Masjid Selat Melaka, kami menuju Jonker Walk Night Market. Layaknya pasar malam, di sepanjang jalan ini berjajar pedagang souvenir, barang antik, hingga camilan khas. Berlokasi di Jalan Hang Jebat, jalanan bersejarah ini merupakan area China town milik Melaka. Jonker Walk Night Market ini hanya ada di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu.

Di sini kami banyak kalap dengan jajanan. Otak-otak khas Melaka yang rasanya masih enak otak-otak di Indonesia. Sate telur puyuh dengan potongan sosis yang entah namanya apa. Sosis bakar yang bikin ragu halal atau tidak. Hingga akhirnya menemukan nasi untuk beenar-benar mengisi perut. Menurut saya, nasi lemak di Malaysia berbeda dengan nasi lemak yang saya jumpai saat di Singapore. Entah selera yang sudah berubah atau memang berbeda, saya masih lebih menyukai nasi lemak yang pernah saya icip di Singapore.

Jonker Walk Night Street

Otak-otak

Sate telur puyuh

Nasi lemak

Batavia Cafe-nya Jonker Walk
Kemudian ada es telur yang merupakan es krim dengan rasa buah, namun dikemas dalam kemasan berbentuk telur yang memiliki kaki. Unik. Es krim kelapa, es krim yang dicampur dengan air kelapa, rasanya cukup nikmat. Dan satu lagi yang katanya wajib dicoba yaitu Es Cendol Durian. Perpaduan antara es serut, cendol, santan, gula merah, dan pastinya durian, bisa lumer sekaligus di dalam mulut dengan nikmat. Berhubung saya tidak suka durian, saya cukup melihat yang lain menikmatinya saja.

Tidak jauh dari Jonker Walk, kami berjalan menuju Masjid Kampung Keling. Berada di lorong Harmoni atau Temple street, semua agama terwakili di kampung ini. Selain Masjid Kampung Keling, di sini juga berdiri Kelenteng Cina Cheng Hoon Tseng dan Kuil Hindu Sri Poyyatha Vinayagar Moorthi serta gereja yang letaknya bersebelahan

Kawasan Masjid Kampung Keling

Oiya, di Melaka sangat dikenal becak dengan aneka hiasan lucu dan lampu-lampu cantik. Kalau Indonesia seperti yang ada di alun-alun Kidul Jogja atau pun Simpanglima Semarang gitu deh. Sepertinya cukup seru untuk berkeliling Melaka menggumakan becak tersebut dengan soundtrack lagunya yaang seru.

Keesokannya, saya dan Kak Meri belanja oleh-oleh khas Melaka. Om Bay dan Om Agung hanya duduk-duduk menunggu. Memang sudah kodratnya perempuan belanja, jadi kurang lengkap kalau belum belanja. Kami diberi bonus gantungan made in Thailand. Kata KakMeri, ini kode semesta kalau destinasi kita selanjutnya itu Thailand. Aamiinkan saja.

Belanja
Aneka becak cantik

Sejarah Melaka memang tak kalah menarik untuk dieksplore. Kotanya yang tidak begitu luas memiliki daya tarik tersendiri bagi para turis. Arsitektur bangunannya yang cantik dan tata kotanya cukup nyaman untuk disinggahi. Inilah secuil sejarah yang dimiliki dunia.

Berikut video singkat kami saat di Melaka kemarin:





as always mcD

Rindu es cone pink

Jajan

Wisata sejarah sih,
belanja tetep dong



Feti Habsari . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates